Tradisi Megengan Sebagai wujud Kebudayaan Masyarakat Jawa
Megengan merupakan adat jawa yang biasanya dilaksanakan pada sebelum memasuki bulan puasa. Hampir seluruh masyarakat jawa melakukan kebudayaan itu karena mereka menganggap ini sebuah pengharapan doa terhadap roh-roh yang telah tiada didunia ini sehingga dapat terampuni dosa-dosanya. Biasanya acara ini diselenggarakan dengan cara memberi bingkisan makanan kepada tetangga-tetangga. Jadi istilah lainnya, tukar-menukar bingkisan. Wujud seperti itu merupakan perbuatan para individu, dapat dipahami oleh individu lain, kelompok-kelompok lainnya yang merupakan milik bersama. Jadi ada rasa saling memiliki, hal inilah produk kita yang harus kita jaga agar tidak punah.
Wujud kebudayaan yang telah diberikan oleh nenek moyang kita itu merupakan hasil belajar. Ingat, kebudayaan menurut Koentjaraningrat, bahwasannya kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sebelum kita tahu tentang kebudayaan megengan, pasti kita tanya kepada kedua orang tua kita.Buat apa kita melakukan ini? Secara tidak sadar pasti kita punya rasa ingin tahu akan hal itu.
Kebudayaan pasti mempunyai simbol-simbol yang disepakati bersama. Nilai dan makna tersebut tidak ditentukan oleh sifat-sifat secara intrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya melainkan dengan cara-cara simbolik. Makna itu hanya bisa ditangkap melalui cara-cara yang bersifat non inderawi. Sebagai contoh, kita melakukan megengan diwaktu sebelum menjelang bulan puasa, memberi bingkisan makanan (berkat) kepada tetangga-tetangga. Itukan merupakan simbiol-simbol yang secara tidak sadar kita itu tahu akan hal itu.
Dari sini kita bisa melihat bahwasannya kebudayaan megengan itu merupakan warisan sosial yang dimana mudah dipelajari mampu bertahan dalam waktu lama, normatif dan bisa menimbulkan motivasi. Artinya, individu-individu dari suatu komunitas terikat oleh kebersamaan dan rasa memiliki atas warisan sosial mereka. Bagi mereka yang menjalankannya akan mendapat pujian sedangkan, bagi mereka yang menentangnya akan mendapatkan sanksi yang berupa cemoohan dari masyarakat sekitar.
Keanekaragaman masyarakat indonesia merupakan realitas obyektif yang tidak dapat dipungkiri. Multikulturalisme tercermin dengan adanya keragaman agama, etnis, bahasa dan budaya yang muncul karena faktor geografis, historis dan psikologis. Ketiga faktor itu menjadi citra kemajemukan masyarakat indonesia yang saling berkompetisi dalam hal menjaga kebudayaan yang telah ada. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia harus dipandang sebagai sebuah kekayaan bukan kemiskinan. Bahwa Indonesia tidak memiliki identitas budaya yang tunggal bukan berarti tidak memiliki jati diri, namun dengan keanekaragaman budaya yang ada membuktikan bahwa masyarakat kita memiliki kualitas produksi budaya yang luar biasa, jika mengacu pada pengertian bahwa kebudayaan adalah hasil cipta manusia.